Jumat, 08 Juli 2016

Puisi

Aku ingin bercerita, lewat kata yang hampir habis
Hari ini aku tulis sesederhana mungkin, agar kau mengerti
Tidak, maksudku, agar semesta mengerti
Entah dari mana angin tahu aku sedang mendamba salju
Iya, salju kataku
yang kata orang sana putihnya halus dan lembut--juga dingin
Aku tak mengerti mengapa angin begitu mudah menemukan aku
Sungguh, apa yang sedang dibisikkannya?
kamu
Lalu buku itu bercerita padaku,
Menjawab segala pertanyaan dalam hati
Apa aku salah membanting stir secepat ini?
Apa aku salah meninggalkan hari esok yang sudah direncanakan begitu indah?
dalam fikiranku
Kemudian, aku biarkan bait-bait ini memelukku
Biar saja kepedihan-kepedihan itu dikemas dengan rapi
Memang seperti itu, bukan?
Kau pun sudah tahu, aku bersembunyi lewat syair
Kata buku itu, puisi adalah cara menyampaikan rindu tanpa harus berkata
Dan aku percaya, bahwa kau sedang merasakan kegelisahan hati ini
Sayang, tegakah kau membiarkan ke-munafikan ada dalam diri ini?
saat melihatmu
Sayang, aku tak ingin menjadikan ini kenangan lalu hilang
Sayang, saat ini aku menjadi seorang penipu besar!
Andai saja kau mengizinkan
Aku ingin membuktikan bahwa malam tak selamanya kejam dengan gelapnya
Bahwa duri tak selamanya menyakitkan
Bahwa kamu begitu berarti dengan belaian jemarimu
Bahwa, kemarilah, sudah cukup kubersua
Terakhir, aku pasang badan untukmu--penopang lelahmu
andai kau mengizinkan--saat itu
Aku tak bersungguh-sungguh menghapus jejak ini
Biarlah aku bercerita dalam hati saat menginjaknya kembali
Aku tak bersungguh-sungguh melupakam jalanan ini
yang pernah membiarkan aku jatuh terlalu dalam--tawamu
Sayang, pejamkan matamu saat semua jenuh sudah di ubun-ubun
Rasakan aku di sampingmu, aku takkan pergi
Hanya saja biarkan aku rehat sejenak untuk mengikhlaskan
Perasaan itu abstrak, tak selamanya dapat dijabarkan
Sangat akhir, kasih sayang adalah senyap
Puisi adalah bibir dari hati yang tersenyum
Terbanglah, aku akan sampaikan rindu lewat puisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar