Sabtu, 08 Desember 2012

contoh puisi lama_syair nasehat


Lembayung senja mulai terasa
Sang hijau berdiri tegak disana
Deras magrib dimushola
Bergegas menjalankan perintahnya

                Sang surya bersiap kedunia
                Jendela rumah terbuka
                Belaian tangan lembut sang Bunda
                Terbangun melihat senyum Bunda

Malam biru masih terasa
Tenggelam kelaut senja
Tak terasa malam pun tiba
Waktunya mengerjakan Isya

                Tenggelam dilaut vanilla
                Bagai terdorong bumi tua
                Ketika pagi menyapa
                Menyiram bunga waktunya

Intan berkilau merekah
Beduk masjid bertabuh
Orang – orang berkeliling bersauh
Waktunya mengerjakan Subuh

penantian dibatas senja part II


Malam biru masih terasa
Sayup – sayup rintikan hujan masih tertawa
            Deru bintang malam yang menggetarkan
            Aku hanya menutup kearah lautan
Masih terngiang suaranya
Masih terbayang wajahnya
            Derasnya ombak menabrak karang
            Kau mungkin entah kemana sekarang ?
Mesti ku tempuh, untuk bermuara dihatimu
Namun, kepada siapa harus kucari jejak nafasmu ?
            Haruskah aku berjalan, berlari, apa aku harus terdiam ?
            Bersandar pada bintang malam
Sampai esok ? sampai sang surya hadir dan muncul
Sampai pucuk – pucuk lembayung senja itu muncul
            Sentuhlah aku
            Saat aku berlamun diujung tebing itu
Genggam hatiku
Kala aku terlupa denganmu
            Karna esok disenja, disaat aku terbang dengan pesawat
            Mata ini pasti menutup indahnya langit


By : Ersa Bestari Mulyadi

5 desember 2012


Mata itu ynag meyakinkanku
Senyum itu, yang menggetarkan tubuhku
Kekonyolanmu, yang menghapus semua peluhku
Hadirmu yang membuatku tetap tegap berdiri
Tapi, ketika kumbang – kumbang itu datang
Menghampirimu dengan senyum
Aku baru sadar,
Bahwa aku, aku terjebak dalam cinta yang rumit
Dalam cinta yang salah
Kau melangkah, melangkah dengan gaya khasmu
Semua kumbang – kumbang itu melirikmu dengan anggun
Saat kumbang – kumbang itu menyapamu
Kau hanya tersenyum kecil
Terlalu sulit mengartikan senyummu
Terlalu sulit mengartikan tatapanmu
Tatapan matamu itu
Mengandung sejuta arti bagiku  

penantian dibatas senja


Malam biru masih terasa
Sayup – sayup rintikan hujan masih terdengar
Deru bising binatang malam yang menggetarkan
Aku hanya menatap kearah bangku
Yang masih tetap terpaku diujung taman itu
Masih terngiang suaranya
Masih terbayang wajahnya, yang sekarang sudah tiada
Kau mungkin entah kemana sekarang ?
Mesti kutempuh, untuk bermuara dihatimu
Namun, kepada siapa harus kucari jejak nafasmu  ?
Haruskah aku berjalan, berlari, apa aku harus terdiam
Sampai esok ?
Sampai pucuk – pucuk lembayung senja itu muncul
Sentuhlah aku
Saat aku berlamun diujung tebing itu
Genggam hatiku
Kala aku terlupa denganmu
Karna esok, disenja duniaku mata ini pasti menutup indahnya langit



By : Ersa Bestari Mulyadi