Malam-malam begini
biasanya paling enak ditemani indomie goreng dua bungkus pakai telor ceplok,
minumnya cokelat hangat aja deh ya. Hmm, novel dan komik semuanya berdebu,
nggak tau deh sudah berapa abad tidak tersentuh, pergi ke toko buku juga sudah
tidak pernah, rasanya rindu juga berpetualang di alam narasi-narasi orang. Sekarang
kerjaannya lebih ke hal yang lebih serius walaupun dulu aku juga menamakan
kegiatan menulisku dengan pekerjaan yang serius tapi sayangnya waktu belum mengizinkan.
Aku
tahu bahwa perjalanan hidup sudah ada yang mengatur, kita sebagai makhluk Tuhan
hanya ditugaskan bersyukur dan selalu siap dengan segala jalan hidup yang
digariskan oleh-Nya. Hati dan logika harus selalu tersambung oleh Sang Pencipta
agar tidak salah jalan dan salah bersikap. Namanya juga manusia yang tak pernah
luput dari khilaf dan dosa tapi waktu tak akan bisa dikembalikan, hanya dapat
diperbaiki hari demi harinya. Semua kejadian yang sudah berlalu biarlah menjadi
pengingat diri yang kalau memang jelek berarti jangan diulang, kalau memang
baik maka pertahankan. Tapi memang benar, manusia juga mudah lupa, maka
beruntunglah aku dan kalian tentunya yang dikelilingi orang-orang yang selalu
mengingatkan. Mungkin mereka yang selalu ada untukku dan kalian tidak
mengharapkan balasan tapi setidaknya jika tidak bisa membalas kebaikan mereka,
jangan melukai hatinya.
Desember,
si bungsu dari Januari sampai November. Akhir tahun dimana musim penghujan
tiba, yang biasanya juga dipakai sebagai hari-hari pernikahan. Namun di akhir
tahun begini, aku memakai Desember sebagai masa-masa memperbaiki diri, merenung
hal-hal yang sudah kuhabiskan selama dua belas bulan. Setiap tahunnya aku
selalu dikejutkan dengan hal-hal baru yang penuh warna, begitu banyak hal yang
menyenangkan, menyedihkan, membuat rasanya ingin menyerah saja, sampai tak
memiliki gairah untuk mengerjakan apapun. Dan pada akhirnya aku selalu
bersyukur karena selalu diberi kekuatan untuk melewati semua itu.
Kamu pernah nggak
percaya tentang harapan-harapan yang ditulis lalu ditempel di dinding? Beberapa
atau kebanyakan orang-orang sukses yang aku lihat di youtube atau di televisi
membuat seperti itu, awalnya aku tidak percaya tapi tak pernah ada salahnya
mencoba sesuatu hal baik, kan?
Ya, aku tulis
beberapa harapan dan kutempel di madding kamar yang sengaja berhadapan
denganku, jadi kalau aku bangun dari tidur, lalu aku membaca harapan-harapan
itu dan langsung aku aamiin-kan dalam hati. Lalu apakah terqobul? Haha.. aku
juga belum tau.
Kalau
ditanya apa cita-citaku untuk saat ini. Jawabannya sederhana saja, aku tak
pernah memiliki cita-cita untuk menjadi orang yang kaya raya, hanya dicukupkan
saja segala kebutuhanku dan keluargaku, juga dicukupkan untuk bisa memberi dan
bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan. Aku ingin bermanfaat untuk
semua orang, minimal orang-orang terdekat. Aku ingin membahagiakan semua orang
yang aku sayangi, meskipun aku tahu bahwa manusia tidak bisa membahagiakan
semua orang secara bersamaan, tetap harus ada yang dikorbankan. Ya, manusia
bukan makhluk sempurna.
Apa cita-citamu
saat kecil? Apa kamu ingat? Kalau aku, aku ingin jadi dokter bukan agar bisa
membeli barang-barang mewah tapi aku ingin menjadi dokter yang rela
mengutamakan keselamatan pasien-pasiennya terlebih dahulu daripada harus menunggu
biaya administrasinya. Aku ingin jadi guru yang mencerdaskan dan mendidik
murid-muridku menjadi orang-orang yang memang layak dikatakan ‘manusia’ yang
beradab, jadi selogan ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ itu tetap harum. Lalu, aku
ingin menjadi penulis yang tulisannya dikenang minimal di tanah kelahiranku
sendiri, yang bisa membuat si pembaca bersyukur dengan hidupnya sendiri bukan
sekedar tulisan-tulisan romansa. Jadi, sekiranya Tuhan merindukanku dan para
malaikat-Nya menjemputku, aku tidak hanya meninggalkan nama.
Terkadang
miris memang saat aku berkata atau berucap tapi mereka bilang, pantas saja pandai merangkai kata kamu kan
penulis jadi jago berspekulasi. Atau, dasar
tukang khayal! Apalagi kalau yang mengatakan itu adalah orang-orang
terdekat atau orang-orang yang kusayang. Tidak semua orang paham bahwa menulis
itu sebenarnya kata hati yang sulit dikeluarkan dalam tulisan. Semua orang
mungkin pandai berbicara tapi tidak semua orang bisa menumpahkannya ke dalam
tulisan.
Aku
salut dengan mereka yang bisa menulis sajak-sajak yang kalau dibaca sampai
menggetarkan jantung, merinding sebadan, sedalam itu mereka menahan emosi jiwa
yang mungkin saja sebenarnya bisa dikeluarkan lewat amarah atau melontarkan
kata-kata kasar tapi tak mereka lakukan.
Desember
ini aku lebih banyak diam dan tidak berkomentar apapun atau memberi pembenaran
kepada mereka yang menyalahkan aku atas sikapku. Kembali lagi aku hanya
manusia biasa yang tidak bisa membahagiakan semua orang tapi aku selalu
berusaha untuk selalu memberikan yang terbaik tapi mungkin caranya yang salah. Satu
hal yang aku pahami, sebuah hasil tidak akan pernah berkhianat pada proses. Ada
beberapa hal yang ingin aku capai, berarti aku tidak boleh hanya diam saja, aku
harus berusaha dan tentunya berdoa.
Untuk kedua orang
tuaku, sahabat-sahabatku, dan untuk yang terkasih.
Aku sadar bahwa
waktuku akhir-akhir ini hanya kupakai sendiri, kalau ada yang bilang aku egois
karena mementingkan diri sendiri, aku tak menyalahkan itu. Aku hanya ingin
mengatakan bahwa aku sedang berjuang menuju garis finish, dengan segala
keterbatasan diri. Aku tidak haha-hihi di luaran sana, aku tidak
bermalasan-malasan apalagi melarikan diri dari kalian. Tentang finansial,
tentang kejenuhan, tentang mental dan fisik yang ditekan, aku siap babakbelur
untuk membahagiakan kalian, terus berdiri tegap memberikan yang terbaik untuk
kalian. Karena aku menyayangi kalian yang selama ini sudah ada untukku. Namun jika
caraku salah, hanya maaf yang dapat terucap dari bibir ini, hanya kata maaf yang
dapat terlintas di hati, hanya air mata yang mewakilkan betapa pengecutnya diri
ini karena tak sanggup menjelaskan sebuah kebenaran. Tidak pernah ada niat
untuk membohongi atau membodoh-bodohi kalian. Sadar memang aku bukanlah manusia
yang baik tapi aku bukan manusia yang tega berbuat jahat dan melukai hati
makhluk ciptaan Tuhan. Terimakasih untuk kalian yang sudi mendengarkan
penjelasan manusia hina ini. Kemudian semoga aku bisa membuktikan bahwa waktu
yang kubuang-buang selama ini adalah untuk membahagiakan kalian.
Tidak
pernah ada gunanya berdebat. Aku, kamu, kita tidak tahu bagaimana rasanya di
posisi yang sama karena kita memiliki posisi yang berbeda. Aku bilang itu angka
enam tapi di posisi yang lain, kamu bilang itu angka sembilan. Manusia memang
biasanya hanya pandai menghakimi tanpa memberi ruang pada diri sendiri untuk
memahami. Kalau pikiranku benar tapi bukan berarti kamu salah.
Kalau
mereka berlomba-lomba memiliki rumah yang mewah, aku hanya berusaha menata
rumahku yang cukup dan layak untukku dan keluargaku kelak. Tempat dimana bukan
hanya sebagai tempat tidur dan menaruh pakaian tapi tempat kembali pulang yang
hangat, nyaman dan aman, yang selalu dirindukan.
Si
bungsu penghujung tahun semoga kisah-kisahnya menjadi pelajaran hidup untuk
kembali pada jalan yang benar, memperbaiki diri. Tidak pernah ada perjalanan
yang baik-baik saja, selalu ada hujan, gersang, dan badai tapi percayalah akan
selalu ada pagi yang menanti, akan selalu ada senja yang hangat. Terimakasih untuk
mereka yang senantiasa bersamaku, yang tidak pernah menyerah untuk selalu
menggenggam tanganku, yang tidak pernah pergi seburuk apapaun aku.