Sabtu, 19 Agustus 2017

Sederhana

Kita mulai dari awal, seperti laptop yang baru di-install ulang, seperti kertas kosong yang belum dilumuri tinta, seperti rumah yang baru dibangun atau baru ditinggalkan pemiliknya, seperti kamu yang sudah lama sendiri, atau seperti aku yang ingin memulai buku baru. Hmm, petugas SPBU juga selalu bilang, "dimulai dari nol ya". 

Tangan ini sadar bahwa tidak dapat menulis tanpa fikiran dan hati. Namun, hati ini juga sadar bahwa kata-kata tidak akan tercipta tanpa adanya warna dalam hidup. Ada hal yang perlu diketahui, bahwa seseorang yang gemar menulis bukan hanya berceloteh ria tapi menyusun dengan sabar kata demi kata agar sedap dibaca, itulah mengapa setiap kalimat yang tercurah seperti mempunyai nyawa, itulah mengapa seorang penulis takkan pernah mati--tulisannya. 

Banyak orang yang penasaran tentang puisi cinta, maksudnya untuk siapa puisi itu ditujukan. Tapi penulis hanya tersenyum sambil memberi isyarat yang tersirat. Tidak ada yang tahu, hanya si penulis dan Tuhan. Coba bermainlah sebentar dalam bola matanya, rasakan betapa hangatnya sinar itu yang perlahan masuk ke dalam hatimu. Coba biarkan fikirannya singgah sejenak dalam hatimu dan biarkan ia merapikan puing-puing yang telah berserakan, membuang apa yang tidak perlu, sambil menyirami bunga yang telah layu. Kemudian, kau akan tahu untuk siapa sajak-sajak itu tercipta. 

Ada yang tidak perlu ditanyakan tentang sebuah rasa, misalnya, kriteria seorang pendamping atau teman hidup, yang tulus hanya akan merasakan kenyamanan dan sebuah rasa aman bila bersama. Tentunya, yang serius akan menyelamatkan dari bahaya, apapun. Lalu, sudikah kau menyelamatkan rinduku yang tidak bertuan? 

Tabah..
Dibiarkan sepasang mata ini jauh
Tak jelas karena kehilangan kaca pembesar
Pun senyummu masih di sana
yang terbawa sampai tiba purnama 

Diam-diam, ada yang pandai bersembunyi di balik ketenangannya. Dari jauh, katanya, padahal hanya tak berani untuk mendekat. Ingin ada di sampingnya, katanya, padahal baru saja mendengar derap langkahnya telapak tangan ini sudah basah berkeringat. Sederhana, bila saja dua pasang kaki ini berjalan beriringan. Sederhana, kalau saja ia tahu bahwa hanya bahagianya yang dicari. 

Ada satu suasana dimana yang gelap begitu terasa terang, saat yang kelam begitu sangat terjaga, dan ketika rasa khawatir diubah menjadi rasa aman. Kalau saja tangan tak sampai, setidaknya waktu telah mengizinkan semua itu terjadi, sederhana kan? Doa tak akan egois untuk meminta semuanya terulang, namun izinkan kedua tangan ini terbuka dan meminta, semoga ada hal yang lebih indah dengan orang yang sama. 

"Kak, boleh minta waktunya sebentar?" 

"Buat apa?"

"Wawancara buat mading kampus. Kalau kakak enggak keberatan."

"Loh? Saya kurus begini kok dibilang berat?" 

"Ah, kakak, bisa aja, hahaha."

Puisi itu jiwa, dik. Menulis itu bakat. Blog itu karena rajin aja. Terkadang, seseorang sulit untuk mengutarakan apa yang dia rasakan, ya paling ujung-ujungnya curhat di caption instagram, hehe. Saya juga seperti itu, tapi alangkah lebih indah kalau berpuisi sedikit karena satu bait puisi aja maknanya luas, apalagi satu puisi penuh, bisa mengungkapkan semua rasa. Misalnya, ada rasa cokelat, stroberi, kacang-ijo, ketan-item, nano-nano deh pokoknya. 

Hahaha.. Kata siapa saya orangnya susah ditebak? Berarti kamu belum mengenal saya, dik, haha. Begini, memang banyak orang terlihat ketawa kesana-kesini, orang yang terlihat cuek, orang yang terlihat tegar, orang yang terlihat ceria aja, orang yang terlihat santai dengan semua kejadian yang sudah terjadi di dalam hidupnya, atau orang yang terlihat jalannya lurus-lurus aja, tapi siapa yang tahu aslinya? Balik lagi ke penulis, sebetulnya, mudah aja, kamu baca tulisan saya, kamu pelajari karakter dalam kata yang saya tulis, pasti kamu akan tahu saya orangnya seperti apa. Karena setiap penulis atau seniman pasti punya ciri khas masing-masing, yang kalau ketemu sebuah tulisan atau ketemu sebuah karya apapun, langsung ada fikiran, 'oh, itu karyanya si A' atau 'oh, ternyata dia orangnya seperti ini loh.' begitu, dik. 

"Kak, boleh minta dibikinin satu bait puisi aja? Langsung tanpa harus ditulis. Tentang romansa."

Kau penyihir, kataku
Bukan tak mau tapi tak mampu
Ajarkan aku untuk tinggal dan menetap
tanpa merasa takut dalam dekap

Lucu, saat hati menggelitik ketika merasa jatuh cinta, mungkin belum tapi semua terasa sempurna. Tanpa sadar hal-hal yang biasa diabaikan akan menjadi kebiasaan yang wajib dilakukan. Merubah penampilan dengan harap mendapat pujian, bukan dari orang banyak, tak peduli apa kata mereka, namun satu kata dari orang yang ditunggu akan sangat berpengaruh. Semua lagu yang terdengar juga seakan menjadi hak milik. 

Hebatnya, 'jatuh cinta' bisa mengajarkan tentang sebuah kesederhanaan. Senyuman yang sama sekali tak pernah ada atau sulit untuk diciptakan, akan sangat mudah terlihat, walaupun disimpan dalam hati. Fikiran yang jenuh karena kepenatan dunia bisa dengan mudah luluh dengan sentuhan lembut seorang malaikat tanpa sayap. Jangankan hal yang rumit, makan satu piring berdua saja serasa sedang makan besar!  

Dua kata yang menggemaskan itu juga selalu membuat gelisah, apalagi kalau sudah ditimpa rindu, obatnya hanya bertemu. Jahilnya wajah saat rindu tak tersampaikan, jerawat tumbuh satu-persatu, ya kata orang begitu. Kembali lagi pada kata sederhana apalah daya kalau tangan tak sampai, bila rindu hanya dirasa sendiri, terkadang bisa terobati dengan satu kata 'hai' dalam sebuah pesan singkat. 

Jatuh cinta yang benar apabila bisa mendewasakan diri, merubah lebih baik, merasa hidup lebih sempurna karena bagian yang rumpang telah ditemukan. Percayalah, tak ada yang lebih bahagia dari berjuang bersama-sama tanpa menjadi orang lain. Bicara tentang berjuang bersama-sama berarti bukan semata-mata tentang manisnya perjalanan tapi menghadapi kesulitan dengan suka-rela sambil berpegang tangan

"Tara, besok ada di rumah?"

Meski gelap akan merenggut malam, walau bintang tidak selalu hadir, sampai hujan hanya terasa dinginnya, terdengar suaranya. Itulah aku dengan segala tak sempurna hidup ini. Itulah aku dengan rupa yang apa adanya ini. Itulah aku yang mendamba matahari untuk melengkapi hari. Sepertinya, kau yang telah cepat membuat alunan kata ini tercipta lagi, setelah tidak pernah berani untuk mengenal. 

Tubuh mulai terjebak malam
yang bisu tanpa kata atau malah tenggelam olehnya
Sadarkan aku pada rupa yang tak indah ini
Namun izinkan aku berbisik walau hanya setitik

2 komentar:

  1. Gile gile, asik banget dibacanya sa, jadi pengen nulis juga, ajarin dong :D

    Btw, ini kisah pribadi ya? Cie jatuh cinta pjc dong pjc wkwk sederhana, kaya rumah makan masakan padang, tapi enak ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha jadi mau bikin nulisnya tentang 'gila'?
      hanya fiksi kok, Sep. Makasih sudah mampir

      Hapus