Jumat, 03 Oktober 2014

Cermin

Sebenarnya untuk apa mereka mencari uang? Menantang dunia tentang segala bahaya yang tidak terbayangkan. Semiskin itu kah mereka? Mereka atau bangsa ini yang miskin? Berloncatan dari lampu merah yang satu ke lampu merah yang lainnya. Bahkan tak terasa kulit yang sudah terbakar oleh sengatan sinar matahari.

Kemana Ayah dan Ibunya? Apa mereka sebatang kara? Jam tangnku pun menatap sinis, karena aku tidak bisa apa-apa, membisu dan tak bergerak seakan patung yang lumpuh. Aku sedang berada di tempat yang nyaman. Lalu mereka? Beratapkan sorotan matahari, bahkan awan pun tak bisa melindungi. Bodoh! Siapa? Aku dan orang-orang yang bisanya hanya diam dan mencemooh keberadaan mereka.

Ya Tuhan, teguran apa lagi yang Engkau perlihatkan untukku? Begitu banyaknya keluhan tentang dunia ini, sehingga aku melupakan ternyata masih banyak orang-orang yang berada jauh di bawahku. Tentang semua kegalauan hidup yang aku rasakan. Mestinya tak usah merasa bahwa akulah yang paling menderita! Seakan semua masalah berada di pundakku. Mereka adalah cerminanku untuk selalu bersyukur akan nikmatnya dunia. Hati ini menjerit, karena kenyataannya seperti fatamorgana gurun pasir. Absurd!

Cerminan ini sungguh nyata. Tentang kemewahan yang sudah kumiliki, tentang manjanya diriku, rengekan tiada arti. Cerminan ini sungguh nyata. Kerasnya dunia mereka yang tak sebanding denganku. Akankah ada suatu masa dimana cakrawala akan menyelimuti hidup mereka? Tuhan, maafkanlah mereka atas semua khilaf dan maafkanlah aku atas semua sifat burukku. Tuhan, berkahilah langkah mereka, berilah penghidupan yang layak kepada mereka. Karena hanya Engkau Maha Segalanya. Tuhan, terimakasih atas semua yang telah Engkau perlihatkan untukku.