Senin, 25 Agustus 2014

Kau Puisi

Kau adalah puisi-puisiku. Bukan hanya kata-kata biasa, namun syair yang istimewa. Kau, pelengkap tinta dalam sebuah penaku. Pelengkap coretan dalam lembaran kertas putihku. Akankah kau menjadi penyempurna warna dalam hidupku?

Sepertinya aku bodoh, bukan perasaan ini, tetapi aku. Aku terjun ke dalam jurang hidupmu, padahal aku tak tahu isinya. Entah apa namanya, ketika aku tertarik untuk mengetahui keadaanmu. Entah apa namanya, saat hati ini selalu merindukanmu, meski tak pernah memiliki. Entah apa namanya, ketika kecemasanku terlalu berlebih untukmu. Entah apa namanya, saat mata ini tak pernah puas untuk melihat senyummu. Aku tak tahu semua itu, tidak mengerti. Karena aku tak ingin mengatas namakan semua hal dengan cinta.

Aku masih mencari hatimu, walaupun sepertinya aku mulai tersesat pada kegelapan malam di tengah hutan. Aku tengah mencari bayang dirimu yang sangat kukenal dan sekarang sangat asing untukku. Aku masih tak mengerti mengapa hati ini terlalu yakin. Kekuatannya begitu besar. Sudah cukup aku menahan, menyembunyikan dan kemudian menghapus. Kamu, yang saat ini sudah tak kukenal. Hey! Aku nyata, yang selalu menggenggam tanganmu, yang selalu merangkulmu dengan rasa kesetiaanku.

Biarlah namaku tertimbun dari dasar sanubarimu oleh para kumbang yang menggeming di dalam hidupmu. Hidupkan aku dalam cahaya hatimu, matikan aku dalam tatapan kosongmu.

Kau adalah puisiku, nada dalam setiap syair penghayatanku. Aku menunggu ucapan manismu hanya untukku, saat hatimu benar-benar merasa yakin. Kau adalah puisiku dalam pucat dan senyapnya hati.

Lalu, apakah kau akan menjadi penyempurna warna dalam hidupku? Kau puisiku. Sahabat Sampai Tuaku.