Sabtu, 11 Juni 2016

Ada Hujan di Pelupuk

Malam kusambut sendu
Tik tik tik
Dingin menetes di antara lesung pipit
Lagi lagi kantuk tak kunjung datang
Kupeluk erat kaki yang mengepal
Dingin, semua rasa tak lagi ada
Sampai rusuk-rusuk sembilu nyeri
Meradang hingga hati
Hangat mengapa kau pergi?
Sampai emosi memuncah hingga membentuk wadah
Ada hujan di pelupuk mata

Ada hidup atau mati
Kau pilih mana?
Merana dalam dunia atau tak bernyawa sekalian
Biar pecut benar-benar terjadi dalam dosa
daripada kau harus terluka atas dirimu yang pengecut
Bulan pun terbelah, enggan ia membentuk bundar
Runtuh satu persatu bintang
Atau kemana harus aku berlari?
Kalau air mata adalah emosi, aku tahan
Sampai,
Ada hujan di pelupuk mata

Menggigil seluruh tubuh,
Ah! Aku tak peduli
Oleh berisik beling-beling yang berserakan
Kain yang tergantung sobek
Aku ingin kembali pulang
Pulang kemana? Ke rumah macam apa?
Tuan, bisakah kita duduk di antara senyuman?
Wahai ratu, dapatkan ketegangan direndahkan?

Ada hujan di pelupuk mata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar