Minggu, 31 Maret 2013

manusia bodoh


Aku mungkin seorang yang pengecut dengan usiaku yang menginjak hampir dewasa. Waktu itu jadwal jam olahraga di kelasku, guru olahraga kami menyuruh untuk bermain bola volley. Walaupun aku ngga terlalu jago buat olahraga seperti itu. Yaa.. tapi masih bisa lah. Namun, kebetulan pagi itu pikiranku lagi kacau banget, sebenarnya dari kemarin malam. Karena aku ngga konsen, aku selalu salah dan guru olahraga ku memarahiku berulang – ulang kali didepan teman – temanku. Ada satu orang pria yang memberi tahu semua posisiku, dan kebetulan aku diam – diam menyukainya. Tiba – tiba, jantungku berdebar – debar, sesak nafas, lutut yang lemas, air mata yang tak dapat tertahan. Akhirnya, aku memanggil temanku untuk bertukar posisi. Dan bodohnya aku, aku keluar lapangan begitu saja, aku berlari sekencang yang kumampu. Nafas yang terengah – engah. Tidak memungkinkan jika aku kembali lagi kelapangan. Karena derasnya air yang membasahi pipiku. Awalnya, aku mencari kamar mandi yang kosong untuk membuang air mata, tapi tak ada. aku memutuskan untuk tetap diam dikelas dan FUALA… pipiku banjir akibat hujan yang keluar dari mataku. Dikelas hanya ada 2 orang teman perempuanku. Pertanyaan mereka yang membuat hujannya tak ingin reda. Seketika, teman – temanku yang lain datang dari lapangan menuju kelas. Mereka berfikir aku menangis karena dimarahi guru olahraga tadi. Ada yang mengatakan aku sakit. Aku memang manusia bodoh dan lemah tak berdaya. Semua orang yang mengatakan aku begitu tegar dan kuat itu salah. Aku rapuh, serapuh dedaunan kering di ujung jalan yang jika terinjak maka akan berantakan dan tak ada apa – apanya. Mereka ngga akan pernah tahu kan, problema seseorang itu apa sebenarnya. Yang mereka tahu hanyalah dari cangkangnya, dari kulit luarnya saja.
Aku menangis, pertengkaran hebat mereka membuatku rapuh dan mengeluarkan air mata. Tak akan sanggup mendengar cacian, makian, atau hinaan dari mulut mereka. Aku bagaikan bocah kecil yang meringkuk dipojok meja sana, tersudut, gila atau depresi. Lontaran dari mulut kemulut membuatku selalu berpikir yang negative tentang mereka. Kadang aku berpikir, “Apa harus masalah sepele diselesaikan dengan urat?“, “Apa harus bertingkah laku seperti bocah kecil yang merebutkan Barbie?”, “Apa harus diluapkan kepada anak – anak mereka?”, “Apa harus aku pergi dari sini dan tak akan kembali?”, “Apa harus aku sakit parah dulu, baru kalian mengerti?”. Mereka selalu menyuruhku untuk jadi anak yang senang dirumah. “Apa aku pernah melanggar?” NGGA! Aku selalu turuti kemauan mereka, karena aku pikir itu ya untuk kebaikan ku juga nantinya. Tapi apa gunanya dirumah, jika keadaannya saja seperti ini. ruangan yang semula sejuk bisa melebihi udara luar pada siang hari seakan matahari ada diatas kepala. Mereka ngga adil, aku akan tetap stay dirumah kalau mereka bisa mengerti perasaan anak – anak mereka. Mereka bilang “Ngga usah mikirin masalah yang terjadi dirumah ini”. Ngga usah mikirin? Kata mereka ngga usah mikirin? Ngga salah bilang kaya gitu? Aku masih punya hati dan perasaan. Hati kecilku ngga bakal bisa dibohongi. Apa mereka sadar, hati ini berontak waktu ngeliat mereka bertengkar. Kepikiran ngga si bakal kenganggu pada saat disekolah apa ngga? Mereka selalu marah kalau nilai aku turun. Apa mereka pernah terpikir, itu karena ngga bisa belajar akibat kegaduhan yang mereka buat? Selalu aja, selalu aja H-1 sebelum ulangan apapun, berisik lagi berisik lagi. Aku ngga peduli sama semuanya, terserah mereka mau gimana. Aku cuma peduli sama anak perempuan mereka yang masih berumur 4 tahun dan belum mengerti apa – apa. Aku cuma takut kejiwaannya terganggu karena sentakan – sentakan yang terlontar dari mulut mereka. Tolong, jadi diri kalian yang dulu. Yang mengayomi anak – anak kalian, penyabar, penyayang, bijaksana dan adil dalam menyikapi setiap masalah yang ada. Aku disuruh tetap stay dirumah juga ngga apa – apa, asal kalian tetap tenang. Ayolah… kita bangun sama – sama keindahan dalam rumah kita, merawat bunga yang layu kan lebiah indah dari pada harus membuangnya dan membelinya yang baru. _CURHATAN SI PEMUJA MALAM_   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar