Ketika aku hidup
ditengah bunga mawar yang menumpuk
Menyentuh satu titik
kilauan awan yang melambaikan senyumnya
Masih indah dan tenang
Setenang air yang
mengalir dan menetes didedaunan rapuh
Seindah bunga yang
menguncup dan merekah
Ditengah peliknya
hidup
Hari ini adalah …
Ketika aku menikmati
sisa hidupku
Hidupku yang fana,
tak berarti
Secercah pengharapan
muncul
Saat aku melihat
anak – anak dekil
Yang terbaring,
menangis
Menadahkan tangannya
hanya demi sebutir nasi
Hanya karena seperak
uang
Rasa malu ia
singkirkan
Cacing – cacing
diperutnya menggerogoti ususnya yang rapuh
Mungkin telat untuk
menyadari semua ini
Aku bertanya pada diriku
:
“Apa sanggup aku
bertahan di Ibu Kota seperti mereka?”
Tak kenal terik
panas yang menyorot kulitnya
Tak gentar melawan
badai
Yang meruntuhkan
gedung – gedung tinggi itu
Aku hanya bisa
mengulurkan tanganku yang rapuh dan keriput
Masa muda yang tidak
akan kunikmati lagi
Hari tua yang
kujalani
Dengan sisa hidupku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar