Saat
sang fajar baru selesai berdandan
Matahari
baru siap untuk menampakkan sinarnya
Hanya
terlihat sang surya memberi setitik berkas terangnya
Namun,
rintik hujan membasahi rumput yang bergoyang
Awan
hitam menutupi serbuk cahaya
Kagaduhan
!
Gelegar
!
Sahut
– menyahut halilintar terang – terangan
Bocah
yang meringkuk dibalik meja itu
Tersudut
diantara mereka
Diantara
ribuan kata yang terlontar bebas
Sampai
rahang yang kaku
Urat
yang perlahan mulai keluar
Bercucuran
peluh yang membasahi bocah itu
Brontak
!
Bukan
… Bukan aku yang brontak
Tapi
hati dan perasaanku yang brontak
Serentak
melihat mereka dengan penuh keegoannya
Tanpa
hati dan perasaan
Apa
perlu aku pergi?
Pergi
kedunia luar tanpa beban
Apa
harus aku pergi meninggalkan kalian?
Apa
artinya sebuah keluarga?
Apa
artinya kasih sayang?
Apa
artinya kepedulian?
Apa?
Jawab!
Hanya
ada ketegangan yang terasa
Jangan
… Jangan pernah menyalahkan
Jika
suatu saat aku berlari tanpa henti
Tanpa
henti mencari dunia baru
Seperti
nadi yang terputus
Dan
terhenti detak jantung
Jangan
teruskan semua ini
Kami
anakmu yang hanya dapat meratapi kalian
Kami
anakmu dengan penuh peluh kekecewaan yang menusuk
Apa
harus sampai tulang – tulang berserakan kami muncul?
Apa
harus seperti itu?
Aku
hancur
Aku
hilang
Aku
rapuh
Aku
terbaring
Hanya
beyanganku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar