Jumat, 01 April 2016

Aku Hanya Tukang Tinta

Bukan penulis namanya jika belum menceritakan tentangmu
Bukan penulis namanya jika belum berkhayal tentangmu
Bukan penulis namanya jika belum menuliskan pesonamu
Bukan penulis namanya jika belum berpuisi keistimewaanmu
Bukan penulis namanya jika aku hanya membiarkanmu menjadi serpihan kata yang berserakan, padahal aku tahu kau istimewa--berbeda
Bukan penulis namanya jika aku membiarkanmu hanya menunduk tanpa rayuan
Bukan penulis namanya jika aku hanya membiarkanmu memiliki hitam kelabu, padahal aku tahu warna dalam hatimu begitu indah mengalahkan cakrawala di ujung petang
Rasakan semua belaian jemari yang tak halus karena selalu berkutik dengan pena
Rasakan semua tatap harapan yang mengalir dalam sanubarimu
Rasakan semua setiap nada sumbang yang kulantunkan untuk menyentuh hatimu
Rasakan semua saat gelap datang membuat atap kebekuan tubuh
Saat secangkir kopi yang kita seruput bersama, lalu begitu terasa nikmat
Atau sebuah tengah malam yang klasik dengan secangkir teh hangat di warung kopi
Kemudian saat kita bersenandung lagu yang sama dengan arti yang berbeda
Aku untukmu, kamu untuk seseorang yang jauh di sana
Entahlah, aku hanya menuliskan
Bukan penulis namanya jika tidak melukiskan lewat pena
Rasakanlah saat desah suaraku menggema di telingamu
Rasakan sentuhan itu yang tak pernah kutujukan kepada siapa pun, kau juga tahu
Rasakanlah saat doaku begitu romantis mengalahkan pelukan wanita lain yang sesaat untukmu
Perjalanmu adalah teka-teki kosong yang sekedar harap lalu hilang
Aku tak ingin memilikimu, maka biarkanlah kamu yang memiliki
Naif, aku hanya dapat tersenyum untukmu
Meski aku hampir tenggelam di tengah lautan
Bukan penulis namanya jika tidak bisa menyimpan dalam kepalsuan mata
Biarkan penulis amatiran ini pergi tanpa pergi
Penulis amatiran ini hanya sanggup memeluk bayangmu
Hanya dapat mengatakan rindu dalam sepertiga malam
Penulis amatiran ini hanya dapat berbisik sendu saat melihat wajahmu kecewa
Penulis amatiran ini hanya menyimpan bahagianya saat kau datang meski tanpa sapa
Lalu rasakanlah setiap tangan ini menjagamu dalam diam
Kau adalah matahari yang dinanti saat hujan tak kunjung reda
Kau adalah pelangi yang ditunggu saat aku berlamun di batas senja
Kemudian hilang--selalu kutunggu
Bukan penulis namanya jika belum menuliskan tentangmu
Rasakanlah saat doaku begitu romantis mengalahkan pelukan wanita lain yang sesaat untukmu
Aku hanya tukang tinta yang takkan pernah menampakkan cahaya
Sampai nanti kau sendiri yang menemukannya
Aku hanya tukang tinta yang senantiasa menjaga dalam lelap tidurmu--di balik punggung
Aku hanya tukang tinta yang selalu tersenyum untukmu
Aku pergi tanpa bisa pergi

2 komentar:

  1. Imajinasimu semakin mengembara. Semakin kaya akan hamparan kata indah. Salut untukmu!

    BalasHapus