Minggu, 19 April 2015

*Tanpa Judul*

Kita, bukan aku dan kamu saja tapi aku dan mereka. Datang bersama dengan tujuan yang sama namun bercita-cita berbeda. Kita melangkah beriringan, seperti sejalan namun tak. Kita berlari mengikuti roda yang berputar pada porosnya. Ya, roda, mau sejauh apapun melarikan diri pasti tetap bertemu.

Lalu, langit biru mempersatukan semua persamaan-persamaan yang kita miliki tanpa mengenalnya terlebih dahulu. Menyatukan semua perbedaan-perbedaan yang berawal sebuah perselisihan karena kita fikir itu aneh. Sampai akhirnya, kita menyadari bahwa semua perbedaan lambat laun memberikan warna yang begitu megesankan. Bahkan, pelangi pun kalah. Karena warna yang kita berikan tidak hanya sesaat tapi untuk selamanya.

Kau tahu kan matahari? Ya, cahaya yang berpijar panas berbentuk lingkaran itu. Memang ia menghangatkan tapi kadang membuat gerah dan berkeringat. Tapi kita harus tahu, bahwa pertemuan dan perkenalan ini hanya untuk menghangatkan jiwa bukan untuk menjadi panas hingga gerah dan tak betah.

Bersama-sama memiliki janji yang terikat, berteguh dalam dada, bernyawa dalam langkah, bersatu dalam pegangan tangan yang tidak bisa terlepas meskipun tertarik arus gelombang kesana-kesini. Kau pernah mengatakan, "Kita harus SUKSES muda ya kawan! Kita harus janji!". Maka kata-kata sederhanamu selalu terbayang hingga saat ini. Seketika, kita tersenyum bersama-sama, disaksikan bumi tua beserta langitnya. Kemudian aku menjawab, "Ya! Aku pastikan kita akan SUKSES muda bersama-sama. Asalkan kita selalu memberikan semangat. Jangan lepaskan pegangan erat ini. Jangan takut untuk berharap, kita akan gapai bintang itu walaupun setinggi apapun. Percayalah, kawan."

Sejak saat itu, aku percaya bahwa kita bisa. Ya, aku dan mereka, kita. Namun ada satu hal ketakutan yang tersembunyi dalam dada. Aku takut melepaskan genggaman kuat itu. Bukan, bukan aku ingin pergi sendiri atau ingin berhenti sampai disini. Tapi aku takut tidak mampu sampai senjaku.

Sahabat, rindu tidak akan hanya bisa terbalas oleh ucapan. Rindu hanya bisa terbalas oleh pertemuan walaupun hanya sedetik senyum yang terpancar di bibir manismu. Jika aku menutup buku perjalanan kita terlebih dahulu maka maafkanlah aku. Sungguh, aku tidak bermaksud untuk menutupnya dengan paksa tapi aku tak bisa melawan takdir.

Sahabat, terimakasih karena kalian telah menghargai setiap detik waktu bersamaku, menjagaku dengan tulus, menghapus air mata yang tercecer habis pada kotak ubin yang lembab, melindungi pagiku, dan menghapus mendung di wajahku sebelum lebatnya hujan mengurung diri.

Tak pernah kusiakan waktu yang tersisa. Bahkan bertahun-tahun lamanya aku bertahan bersama keceriaan kita. Berdendang dengan suara dan nada fals, menceritakan hal-hal yang sebenarnya absurd tapi terdengar euforia karena ada ketulusan karena ada cinta di sekeliling kita.

Maaf kawan, jika aku melepaskan genggaman kuat itu. Maaf karena aku sudah tidak bisa muncul di hadapan kalian. Tapi aku janji, terus melihat kebersamaan kalian dari jauh sana. Dari tempat yang tenang dari kehidupan yang sebenarnya. Jika rindu denganku, doakanlah aku. Kini, kenangan kebersamaan kita kutinggalkan dan membekas pada lembaran peristiwa yang dibekukan.

Selamat malam bloggers yang udah setia dan nunggu tulisan saya. Maaf sebelumnya baru ngepost lagi. Ini adalah sinopsis singkat, saya mau mencoba buat nulis lagi setelah kemarin vakum karena ada ujian. Rencananya mau bikin cerita panjang. Tapi dibocorin sinopsisnya dulu ya, hehe.. Kritik dan sarannya silahkan bisa disini atau langsung ke kontak saya (yang punya) minta doanya juga ya untuk kesuksesan kita bersama ^_^ Terimakasih, semoga terhibur. Salam cspm ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar