Berbagi Gerimis
Cause I was born
to tell you I love you
And I am torn to
do what I have to
To make you mine
Stay
with me to night
“Bay, ada lomba buat
rakit komputer loh. Mau ikut engga? Aku daftarin ya?” ajak Olive.
“Engga ah Liv. Aku
belum siap, aku mau ikutan festival akustik aja. Ada engga?” tanya Bayu.
“Oh gitu, yaudah nanti
aku cariin.” Semangat Olive.
Waktumu
adalah waktuku yang berharga, cita-citamu adalah cita-citaku yang hilang. Aku
mencari anganmu yang terpendam di balik awan. Walau biarlah pencarian hatimu
tak sempurna yang kuimpikan.
Tak sampai beberapa bulan,
penerangan menuju angan bercahaya. Pencarian Olive berjelajah di dunia maya
atau keliling dunia dengan satelit cinta. Mencari dan mencatat yang dia temukan
di sana. Menunjukkan pada Bayu alamat mana yang akan dikunjungi, hanya untuk berbagi inspirasi
lewat petikan senar melodi meraka. Melangkah pasti, aku ada di belakangmu, aku menggenggam bayangmu dengan erat. Karena aku
mencintaimu, karena kita sahabat putih abu-abu.
“Bayuuuu….” Teriak
Olive.
“Apaan Liv? Semangat
banget, apa-apa?” tanya Bayu penasaran.
“Ini ada audisi, ikutan
ya? Engga jauh kok tempat audisinya. Gimana? Mau ya? Ayolah..” Paksa Olive.
“Hmmm.. mau engga ya…?”
ledek Bayu.
“Mau lah mau…” Rayu
Olive.
“Iya iya mau deh, kapan
audisinya? Pendaftarannya urusin ya? Hehe..” Rayu Bayu.
“Audisinya bulan depan,
nanti kamu tinggal dateng aja. Aku yang daftarin deh, semuanya beres.” Jelas
Olive.
Tiba-tiba
semua hening, diguyur hujan pertanda akan turun lama. Ternyata, petang telah
membisukan suara kita sejenak. Setelah akhirnya mata kita bertemu dan berbagi
tawa sejenak. Hujan terus menari di atas kepala, mengiringi perjalanan waktu
disisa napas yang masih terasa mengendap di dalam hidung dan paru-paru.
“Liv, aku mau nanya
serius.” Kata Bayu.
“Apa? Jangan bikin
penasaran deh Bay.” Tanya Olive penasaran.
“Kamu kenapa sampe
segininya si?” tanya Bayu.
“Segini gimana? Aku
engga ngerti Bay.” Kata Olive.
“Ya, perhatian kamu.
Semangat kamu buat aku, bahkan aku aja belum pernah ngeliat kamu nangis atau
galau gitu.” Jelas Bayu.
“Oh itu, ya bagus dong
Bay. Udah ah, biasa aja kali Bay, kita kan sahabat. Ya itu juga kalo kamu
menganggap aku ini sahabat kamu loh.” Jelas Olive.
“Tapi aku engga
menganggap kamu sahabat, gimana dong Liv?” Sanggah Bayu.
“Maksut kamu?” penasaran
Olive.
“Kamu itu bukan sahabat
aku, tapi…… hahahaha.” Ledek Bayu.
“Ih, kamu jahat banget
sih malah ketawa. Udah ah aku marah!”
Percakapan singkat yang
terus menjadi kenangan terindah. Entah apa yang sedang ada di pikiran mereka
saat itu. Yang jelas, Olive tak ingin kehilangan Bayu. Dia yakin bahwa semangat
Bayu ada ditangannya. Motivasi yang terus mengalir utuk Bayu tak akan pernah
lepas dalam genggamannya.
Satu minggu sebelum
audisi, Olive dan Bayu menyempatkan untuk berlatih bersama. Dan lagi, petang
dan guratan jingga menimpa mereka. Mengiringi sentuhan tangan Bayu yang memetik
senar-senar usang menjadi melodi cinta.
“Bay, pulang yuk.” Ajak
Olive.
“Yaudah sana pulang.”
Jawab Olive.
“Loh, kamu?” tanya
Olive, heran.
“Aku nanti aja.” Jawab
Bayu.
“Kenapa engga bareng
aja?”
Bayu bungkam seribu
bahasa, entah apa yang membuatnya begitu dingin akhir-akhir ini. Walau seingat
Olive, dia tak pernah berbuat kesalahan apa pun terhadap Bayu. Awal pertama
Olive membelah gerimis seorang diri, menatap langit dengan tatapan kosong yang
penuh tanda tanya di atas kepalanya. Kebiasaan menyendirinya telah hilang sejak
setahun ini karena ada Bayu yang selalu setia menemani kesendirian itu.
Tak kan pernah
terlintas di pikiran Olive hal ini akan berjalan lama atau sampai selamanya.
Walaupun seperti itu, Olive masih setia untuk membagi semangatnya lewat pesan
singkat atau bertatap muka langsung yang terkadang tak ada balasan positif dari
raut wajah Bayu.
Olive tak pernah
peduli, dia selalu menyemangati semua kegiatan Bayu yang menurutnya dapat
menyalurkan bakat Bayu. Audisi tinggal menghitung hari, hari minggu nanti Olive
dan Bayu berencana berangkat bareng. Planning
yang mereka rencanakan sejak awal pendaftaran.
Olive duduk di
pelataran masjid sekolahnya, tatapan mata Olive masih terasa tak penuh arti
dengan kesendirian hari yang harus dia rangkai ulang. Dengan langkah ragu,
Olive berjalan menuju kantin sekolah untuk membeli sebotol air mineral.
“Bay?” Sapa Olive.
“Eh, Liv. Ngapain?”
tanya Bayu polos.
“Aku mau beli air
mineral. Yaudah ya, aku duluan Bay.” Jelas Olive.
Jum’at yang
menyesakkan. Sekarang Olive mengerti maksud tolakan Bayu tempo lalu. Mungkinkah
Olive dan Bayu akan merajut Minggu pagi yang sudah direncanakannya? Atau
mungkin sebaiknya harus Olive kubur angan itu. Pikiran Olive kacau dan sangat
kacau. Olive tak pernah membuat rencana bagaimana
melupakan Bayu. Yang sekarang ada di dalam pikiran Olive adalah bagaimana cara menyemangati hatinya sendiri.
Ternyata tak semudah menyemangati Bayu, Olive butuh teman, Olive butuh
seseorang untuk mengeluarkan air matanya dengan ikhlas. Olive tetaplah Olive,
wanita yang berpura-pura tegar, wanita yang terus berpura-pura tersenyum, tak
mengapa walau palsu. Tak mengapa asal
Bayu bahagia, pekik Olive dalam hati.
Bel pulang sekolah
terdengar begitu nyaring di telinga murid-murid. Olive berlari kencang menuju
kelas Bayu, seakan tak ingin ketinggalan wanita yang tadi bersama Bayu di
kantin sekolah.
“Bayu!” teriak Olive
dari kejauhan.
“Kenapa Liv? Penting
banget kayanya.” Tanya Bayu.
“Iya ini penting
banget, tentang audisi besok.” Jelas Olive.
“Kenapa audisinya?
Dibatalin? Diundur?” tanya Bayu penasarn.
“Engga, bukan bukan.
Salah semua, aku cuma mau nanya besok Minggu kita jadi berangkat bareng kan
Bay?” Jelas Olive.
“Ya ampun, dikira
apaan. Iya jadi Liv, jadi. Kita janjian di stasiun jam delapan pagi.” Jelas
Bayu.
Pikiran Olive sedikit
lega dengan perkataan Bayu beberapa detik lalu. Walau dia harus pulang sendiri
lagi, karena Olive tak akan mengajak seseorang untuk menjawab hal yang sama
kepadanya. Olive mencoba merasa tegar dengan apa yang telah terjadi. Lagi pula aku sudah terbiasa jalan sendiri,
semangat Olive lirih dalam hati.
Malam minggu ini tidak
akan seperti biasanya. Perdebatan kecil yang menjadi besar dan berujung dengan
tawa, tak akan dirasakan Olive lagi. Handphone-nya
masih saja membisu. Tangannya pun tak berani untuk menyentuh layar iphone-nya itu. Hal-hal yang sudah tak
lazim bagi para jomblo mengecek timeline-nya
disaat malam minggu. Penasaran, untuk yang pertama kalinya Olive membuka
twitter Bayu. Hal yang mengejutkan, sungguh. Tapi harus dibiasakan Olive untuk
ke depannya.
Di
balik hujan, aku ingin bersamamu berteduh di kedai kopi. Walau hanya ingin
menghangatkan tubuh, Citra.
Kau
melengkapi setahunku yang selama ini kucari. Citra.
Minggu pagi Olive.
Olive bangun dengan tepat waktu, bergegas merapikan dirinya untuk audisi
bersama Bayu. Dengan baju yang terbaik, penampilan yang terbaik dan langkah
yang pasti menuju stasiun kereta api.
Pukul delapan pagi
mereka bertemu di stasiun, dengan mengantongi dua buah karcis di saku celana
Bayu. Namun ada yang berbeda, kebersamaan mereka kali ini begitu kikuk dan tak
bersuara, bahkan hampir lenyap ditambah lagi dengan kebisingan omongan
orang-orang yang ada di dalam kerata.
Sesampainya di tempat
audisi, mata Bayu mencari seseorang. Bahkan Olive dia hiraukan, dia langsung
memilih tempat duduk. Beberapa menit kemudian Bayu datang dengan Citra. Citra
menempati tubuhnya diantara Bayu dan Olive. Memperhatikan pementasan audisi
akustik. Sekarang waktunya Bayu untuk maju ke atas panggung. Bayu bernyanyi dan
memainkan gitranya dengan pasti, menatap Citra bukan Olive. Lagu I’m Yours yang dipopulerkan oleh Jason Mraz ini begitu pas dengan hati
Bayu saat ini.
“Bayu..” Panggilan
Olive sudah tak akan didengar Olive lagi. Turun dari panggung, Bayu langsung
menghampiri Citra. Juga tak ketinggalan, Citra memberikan pelukan selamatnya
untuk Bayu. Olive hanya tersenyum kecil. Ya, Olive wanita hebat. Dia masih bisa
mempertontonkan senyum betapa dia sangat bahagia bila Bayu bahagia.
“Udah kan Liv? Aku mau
jalan-jalan dulu, kamu mau ikut apa langsung pulang?” tanya Bayu.
“Kamu duluan aja, Bay.”
Jawab Olive.
Perbincangan itu masih
berlangsung, tapi nama Olive sudah dipanggil panitia untuk naik ke atas
panggung dan ikut audisi.
“Liv, kamu?” tanya Bayu
heran.
“Iya Bay, aku ikut
audisi juga. Niat aku bukan audisi, tapi aku cuma mau menyapaikan isi hati aku
aja.” Jelas Olive.
Bayu dan Citra duduk
kembali ke tempat duduknya semula. Walau Bayu terus menerka-nerka tentang apa
yang dimaksud oleh Olive. Sementara itu, langkah Olive yang sedikit ragu untuk
melangkah. Di samping itu, petikan senar Olive belum sesempurna Bayu atau
peserta yang lainnya.
“Lagu ini, aku
persembahkan buat orang yang sangat aku harapkan. Makasih buat kamu yang udah
menyelamatkan kesedirian selama setahun ini.” Jelas Olive.
Cause I was born to
tell you I love you
And I am torn to do
what I have to
To make you mine
Stay
with me to night
Lagu secondhand serenade yang berjudul Your Call ini, selalu menjadi saksi bisu
perjalanan menuju hati Bayu.
Seharusnya
kita berbagi gerimis disetiap jalan abu, bukan? Seharusnya aku senang melihatmu
terbit atau saat petang mempesona. Sungguh, entah apa yang membuatku tak berani
menoleh ke barat atau timur. Bahkan saat gerimis mempertemukan kita membelah
langit untuk menampakkan pesona senja dan membaginya dengan tatapan hangatmu.
Tapi sudahlah, kita sudah cukup baik melewatkannya. Bersama setahunmu yang
kelam sudah membuatku cukup bahagia, menemani temaram kekecewaanmu. Karena
sekarang, kau tak lagi membagi gerimis itu bersama mataku. Bahkan kau tak lagi
membagi senjamu yang dulu padam untukku. Sudahlah, aku tak ingin menyesali
hadirmu di hidupku. Aku ini kawanmu, bukan? Seandainya aku hanya kehilanganmu,
tapi bukan Om Badut-ku, aku tak akan bersedih seperti ini. Hadirku mengganggumu
akhir-akhir ini. Tak apa, aku mengerti. Kamu tak ingin membuatnya berpikir
aneh-aneh tentang kita, bukan? Untuk itu, aku perlahan menghilang dengan waktu
yang selalu menunggu kepastian. Entahlah, apa aku masih tetap di belakangmu
seperti setahun ini atau benar-benar tanpa bayanganku.
lagu secondhan serenade yang your call nyimpen banyak cerita. mungkin bagi sebagian orang juga gitu. makasih udah mau masukin potongan lagu di arsip blog lo;)
BalasHapusSeorang penyair menciptakan sebuah lagu atau kata-kata pasti memiliki banyak makna yang tersirat. Sama-sama Anisa :)
BalasHapus