Jumat, 13 Desember 2013

Perjalanan Waktu (masih putih abu-abu)


Berbagi Gerimis


Cause I was born to tell you I love you
And I am torn to do what I have to
To make you mine
Stay with me to night

“Bay, ada lomba buat rakit komputer loh. Mau ikut engga? Aku daftarin ya?” ajak Olive.

“Engga ah Liv. Aku belum siap, aku mau ikutan festival akustik aja. Ada engga?” tanya Bayu.

“Oh gitu, yaudah nanti aku cariin.” Semangat Olive.

Waktumu adalah waktuku yang berharga, cita-citamu adalah cita-citaku yang hilang. Aku mencari anganmu yang terpendam di balik awan. Walau biarlah pencarian hatimu tak sempurna yang kuimpikan.

Tak sampai beberapa bulan, penerangan menuju angan bercahaya. Pencarian Olive berjelajah di dunia maya atau keliling dunia dengan satelit cinta. Mencari dan mencatat yang dia temukan di sana. Menunjukkan pada Bayu alamat mana yang akan  dikunjungi, hanya untuk berbagi inspirasi lewat petikan senar melodi meraka. Melangkah pasti, aku ada di belakangmu, aku menggenggam bayangmu dengan erat. Karena aku mencintaimu, karena kita sahabat putih abu-abu.

“Bayuuuu….” Teriak Olive.

“Apaan Liv? Semangat banget, apa-apa?” tanya Bayu penasaran.

“Ini ada audisi, ikutan ya? Engga jauh kok tempat audisinya. Gimana? Mau ya? Ayolah..” Paksa Olive.

“Hmmm.. mau engga ya…?” ledek Bayu.

“Mau lah mau…” Rayu Olive.

“Iya iya mau deh, kapan audisinya? Pendaftarannya urusin ya? Hehe..” Rayu Bayu.

“Audisinya bulan depan, nanti kamu tinggal dateng aja. Aku yang daftarin deh, semuanya beres.” Jelas Olive.

Tiba-tiba semua hening, diguyur hujan pertanda akan turun lama. Ternyata, petang telah membisukan suara kita sejenak. Setelah akhirnya mata kita bertemu dan berbagi tawa sejenak. Hujan terus menari di atas kepala, mengiringi perjalanan waktu disisa napas yang masih terasa mengendap di dalam hidung dan paru-paru.

“Liv, aku mau nanya serius.” Kata Bayu.

“Apa? Jangan bikin penasaran deh Bay.” Tanya Olive penasaran.

“Kamu kenapa sampe segininya si?” tanya Bayu.

“Segini gimana? Aku engga ngerti Bay.” Kata Olive.

“Ya, perhatian kamu. Semangat kamu buat aku, bahkan aku aja belum pernah ngeliat kamu nangis atau galau gitu.” Jelas Bayu.

“Oh itu, ya bagus dong Bay. Udah ah, biasa aja kali Bay, kita kan sahabat. Ya itu juga kalo kamu menganggap aku ini sahabat kamu loh.” Jelas Olive.

“Tapi aku engga menganggap kamu sahabat, gimana dong Liv?” Sanggah Bayu.

“Maksut kamu?” penasaran Olive.

“Kamu itu bukan sahabat aku, tapi…… hahahaha.” Ledek Bayu.

“Ih, kamu jahat banget sih malah ketawa. Udah ah aku marah!”

Percakapan singkat yang terus menjadi kenangan terindah. Entah apa yang sedang ada di pikiran mereka saat itu. Yang jelas, Olive tak ingin kehilangan Bayu. Dia yakin bahwa semangat Bayu ada ditangannya. Motivasi yang terus mengalir utuk Bayu tak akan pernah lepas dalam genggamannya.
Satu minggu sebelum audisi, Olive dan Bayu menyempatkan untuk berlatih bersama. Dan lagi, petang dan guratan jingga menimpa mereka. Mengiringi sentuhan tangan Bayu yang memetik senar-senar usang menjadi melodi cinta.

“Bay, pulang yuk.” Ajak Olive.

“Yaudah sana pulang.” Jawab Olive.

“Loh, kamu?” tanya Olive, heran.

“Aku nanti aja.” Jawab Bayu.

“Kenapa engga bareng aja?”

Bayu bungkam seribu bahasa, entah apa yang membuatnya begitu dingin akhir-akhir ini. Walau seingat Olive, dia tak pernah berbuat kesalahan apa pun terhadap Bayu. Awal pertama Olive membelah gerimis seorang diri, menatap langit dengan tatapan kosong yang penuh tanda tanya di atas kepalanya. Kebiasaan menyendirinya telah hilang sejak setahun ini karena ada Bayu yang selalu setia menemani kesendirian itu.
Tak kan pernah terlintas di pikiran Olive hal ini akan berjalan lama atau sampai selamanya. Walaupun seperti itu, Olive masih setia untuk membagi semangatnya lewat pesan singkat atau bertatap muka langsung yang terkadang tak ada balasan positif dari raut wajah Bayu.

Olive tak pernah peduli, dia selalu menyemangati semua kegiatan Bayu yang menurutnya dapat menyalurkan bakat Bayu. Audisi tinggal menghitung hari, hari minggu nanti Olive dan Bayu berencana berangkat bareng. Planning yang mereka rencanakan sejak awal pendaftaran.

Olive duduk di pelataran masjid sekolahnya, tatapan mata Olive masih terasa tak penuh arti dengan kesendirian hari yang harus dia rangkai ulang. Dengan langkah ragu, Olive berjalan menuju kantin sekolah untuk membeli sebotol air mineral.

“Bay?” Sapa Olive.

“Eh, Liv. Ngapain?” tanya Bayu polos.

“Aku mau beli air mineral. Yaudah ya, aku duluan Bay.” Jelas Olive.

Jum’at yang menyesakkan. Sekarang Olive mengerti maksud tolakan Bayu tempo lalu. Mungkinkah Olive dan Bayu akan merajut Minggu pagi yang sudah direncanakannya? Atau mungkin sebaiknya harus Olive kubur angan itu. Pikiran Olive kacau dan sangat kacau. Olive tak pernah membuat rencana bagaimana melupakan Bayu. Yang sekarang ada di dalam pikiran Olive adalah bagaimana cara menyemangati hatinya sendiri. Ternyata tak semudah menyemangati Bayu, Olive butuh teman, Olive butuh seseorang untuk mengeluarkan air matanya dengan ikhlas. Olive tetaplah Olive, wanita yang berpura-pura tegar, wanita yang terus berpura-pura tersenyum, tak mengapa walau palsu. Tak mengapa asal Bayu bahagia, pekik Olive dalam hati.

Bel pulang sekolah terdengar begitu nyaring di telinga murid-murid. Olive berlari kencang menuju kelas Bayu, seakan tak ingin ketinggalan wanita yang tadi bersama Bayu di kantin sekolah.

“Bayu!” teriak Olive dari kejauhan.

“Kenapa Liv? Penting banget kayanya.” Tanya Bayu.

“Iya ini penting banget, tentang audisi besok.” Jelas Olive.

“Kenapa audisinya? Dibatalin? Diundur?” tanya Bayu penasarn.

“Engga, bukan bukan. Salah semua, aku cuma mau nanya besok Minggu kita jadi berangkat bareng kan Bay?” Jelas Olive.

“Ya ampun, dikira apaan. Iya jadi Liv, jadi. Kita janjian di stasiun jam delapan pagi.” Jelas Bayu.

Pikiran Olive sedikit lega dengan perkataan Bayu beberapa detik lalu. Walau dia harus pulang sendiri lagi, karena Olive tak akan mengajak seseorang untuk menjawab hal yang sama kepadanya. Olive mencoba merasa tegar dengan apa yang telah terjadi. Lagi pula aku sudah terbiasa jalan sendiri, semangat Olive lirih dalam hati.

Malam minggu ini tidak akan seperti biasanya. Perdebatan kecil yang menjadi besar dan berujung dengan tawa, tak akan dirasakan Olive lagi. Handphone-nya masih saja membisu. Tangannya pun tak berani untuk menyentuh layar iphone-nya itu. Hal-hal yang sudah tak lazim bagi para jomblo mengecek timeline-nya disaat malam minggu. Penasaran, untuk yang pertama kalinya Olive membuka twitter Bayu. Hal yang mengejutkan, sungguh. Tapi harus dibiasakan Olive untuk ke depannya.

Di balik hujan, aku ingin bersamamu berteduh di kedai kopi. Walau hanya ingin menghangatkan tubuh, Citra.

Kau melengkapi setahunku yang selama ini kucari. Citra.

Minggu pagi Olive. Olive bangun dengan tepat waktu, bergegas merapikan dirinya untuk audisi bersama Bayu. Dengan baju yang terbaik, penampilan yang terbaik dan langkah yang pasti menuju stasiun kereta api.
Pukul delapan pagi mereka bertemu di stasiun, dengan mengantongi dua buah karcis di saku celana Bayu. Namun ada yang berbeda, kebersamaan mereka kali ini begitu kikuk dan tak bersuara, bahkan hampir lenyap ditambah lagi dengan kebisingan omongan orang-orang yang ada di dalam kerata.

Sesampainya di tempat audisi, mata Bayu mencari seseorang. Bahkan Olive dia hiraukan, dia langsung memilih tempat duduk. Beberapa menit kemudian Bayu datang dengan Citra. Citra menempati tubuhnya diantara Bayu dan Olive. Memperhatikan pementasan audisi akustik. Sekarang waktunya Bayu untuk maju ke atas panggung. Bayu bernyanyi dan memainkan gitranya dengan pasti, menatap Citra bukan Olive. Lagu I’m Yours yang dipopulerkan oleh Jason Mraz ini begitu pas dengan hati Bayu saat ini.

“Bayu..” Panggilan Olive sudah tak akan didengar Olive lagi. Turun dari panggung, Bayu langsung menghampiri Citra. Juga tak ketinggalan, Citra memberikan pelukan selamatnya untuk Bayu. Olive hanya tersenyum kecil. Ya, Olive wanita hebat. Dia masih bisa mempertontonkan senyum betapa dia sangat bahagia bila Bayu bahagia.

“Udah kan Liv? Aku mau jalan-jalan dulu, kamu mau ikut apa langsung pulang?” tanya Bayu.

“Kamu duluan aja, Bay.” Jawab Olive.

Perbincangan itu masih berlangsung, tapi nama Olive sudah dipanggil panitia untuk naik ke atas panggung dan ikut audisi.

“Liv, kamu?” tanya Bayu heran.

“Iya Bay, aku ikut audisi juga. Niat aku bukan audisi, tapi aku cuma mau menyapaikan isi hati aku aja.” Jelas Olive.

Bayu dan Citra duduk kembali ke tempat duduknya semula. Walau Bayu terus menerka-nerka tentang apa yang dimaksud oleh Olive. Sementara itu, langkah Olive yang sedikit ragu untuk melangkah. Di samping itu, petikan senar Olive belum sesempurna Bayu atau peserta yang lainnya.

“Lagu ini, aku persembahkan buat orang yang sangat aku harapkan. Makasih buat kamu yang udah menyelamatkan kesedirian selama setahun ini.” Jelas Olive.

Cause I was born to tell you I love you
And I am torn to do what I have to
To make you mine
Stay with me to night

Lagu secondhand serenade yang berjudul Your Call ini, selalu menjadi saksi bisu perjalanan menuju hati Bayu.

Seharusnya kita berbagi gerimis disetiap jalan abu, bukan? Seharusnya aku senang melihatmu terbit atau saat petang mempesona. Sungguh, entah apa yang membuatku tak berani menoleh ke barat atau timur. Bahkan saat gerimis mempertemukan kita membelah langit untuk menampakkan pesona senja dan membaginya dengan tatapan hangatmu. Tapi sudahlah, kita sudah cukup baik melewatkannya. Bersama setahunmu yang kelam sudah membuatku cukup bahagia, menemani temaram kekecewaanmu. Karena sekarang, kau tak lagi membagi gerimis itu bersama mataku. Bahkan kau tak lagi membagi senjamu yang dulu padam untukku. Sudahlah, aku tak ingin menyesali hadirmu di hidupku. Aku ini kawanmu, bukan? Seandainya aku hanya kehilanganmu, tapi bukan Om Badut-ku, aku tak akan bersedih seperti ini. Hadirku mengganggumu akhir-akhir ini. Tak apa, aku mengerti. Kamu tak ingin membuatnya berpikir aneh-aneh tentang kita, bukan? Untuk itu, aku perlahan menghilang dengan waktu yang selalu menunggu kepastian. Entahlah, apa aku masih tetap di belakangmu seperti setahun ini atau benar-benar tanpa bayanganku.

  

2 komentar:

  1. lagu secondhan serenade yang your call nyimpen banyak cerita. mungkin bagi sebagian orang juga gitu. makasih udah mau masukin potongan lagu di arsip blog lo;)

    BalasHapus
  2. Seorang penyair menciptakan sebuah lagu atau kata-kata pasti memiliki banyak makna yang tersirat. Sama-sama Anisa :)

    BalasHapus